Tuesday, July 11, 2017

Komik Superhero, Sebuah Perjalanan


Patriot by Drajad



Komik Superhero, Sebuah Perjalanan
Catatan dari Henry Ismono

Komik Indonesia alias cergam bergenre superhero atau yang dikategorikan Marcel Bonneff sebagai fiksi ilmiah, meski tidak pernah mendominasi penerbitan, ia memiliki penggemarnya yang bahkan nyaris fanatik. Genre superhero di Indonesia, sepanjang catatan yang diketahui selama ini, muncul pertama kali di Majalah Aneka Komik tahun 1954 lewat sosok Sri Asih karya pujangga cergam RA Kosasih pada tahun 1954. 

Sri Asih memang bukan cergam pertama yang terwujud dalam bentuk buku. Sebelumnya, sudah muncul Kisah Pendudukan di Jogja karya Abdussalam tahun 1952 dan Manik Kangkeran karya karya A. Ruchijat dan Iwan RS pada tahun 1953. Bahkan, dekade sebelumnya yang  menjadi embrio kehadiran cergam, penerbit G. Kolff & Co, sebuah penerbitan terbesar di Hindia Belanda masa itu, sudah menerbitkan cergam antara lain Lakon Praboe Erlangga, Si Pahit Lidah, dan Damar Wulan.

Akan tetapi, kehadiran Sri Asih disebut sebagai penanda pertumbuhan cergam. Ia sekaligus perintis cergam superhero. Selain Sri Asih, di tahun 1954 itu, RA Kosasih juga membuat karakter perempuan superhero Siti Gahara yang berlatar kisah 1001 Malam.

Meski dipengaruhi superhero dari luar, RA Kosasih mencoba melokalkan” tokohnya dengan menampilkannya dengan busana lokal. Sri Asih digambarkan tampil  dengan mengenakan kemben, kain jarik lengkap dengan selendangnya, dan memakai mahkota ala putri dalam panggung sandiwara, lengkap dengan hiasan di telinga.  Sri Asih muncul dalam beberapa judul seperti Sri Asih di Surabaya, Sri Asih di Singapura, Sri Asih di Makao, Srigala Hitam, Sri Asih vs Bajak Laut, Penyelidikan dan lain-lain.



Pada kurun yang  sama, Johnlo membuat superhero Garuda Putih dan Putri Bintang. Bila Sri Asih tampil dalam busana lokal, kostum Putri Bintang mirip dengan kostum Wonder Woman. Putri Bintang juga muncul dalam beberapa serial seperti Putri Bintang, Gagak Hitam Terbuka Kedoknya dan utri Bintang di Jakarta. Tampak ada semangat yang sama antara Sri Asih dan Putri Bintang., Keduanya karakter dengan latar kisah “kekinian” dengan setting Indonesia dan kadang berpetualang ke mancanegara. 

Jadilah, Sri Asih, Siti Gahara, Putri Bintang, dan Garuda Putih, menjadi superhero yang mengawali kemunculan superhero. Superhero lain yang muncul di periode ini  antara lain Kapten Kilat karya L. Hsiang dan superhero Rasa karya Yus. Hanya saja, Kapten Kilat  dan Rasa tidak begitu bergaung. 

Setelah itu, banyak  cergam dengan warna fiksi ilmiah ala kisah Flash Gordon yaitu kisah-kisah petualangan ke angkasa luar. Genre superhero sempat kosong ketika komik wayang dan hikayat merajai dunia komik kita. Ia baru muncul kembali tahun 60-an di era komik Medan. Era Medan memang populer dengan cerita rakyatnya, namun sesungguhnya  genre yang tumbuh di sana begitu variatif, termasuk superhero.

Sebut saja Penerbit Casso  memunculkan superhero Kapten Halilintar dengan cerita digarap oleh Rimasan dan lukisan oleh Bahzar. Genre superhero menjadi salah satu lini komik terbitan Casso yang diberi label action comic dan fantastic comic. Mereka menerbitkan judul-judul komik seperti Dahlia The Wonderwoman (tampak mengacu pada kisah Wonderwoman, perempuan superhero dari Amerika Serikat.)

Penerbit Medan lainnya,  Toko Buku Semesta juga menerbitkan komik superhero berjudul Indra Manusia Ajaib karya Si Gayo.

***

Era cergam sejak tahun 65 sampai awal 70-an, diwarnai dominasi genre roman remaja dan silat.  Di tengah dominasi kedua genre ini, genre superhero menyeruak kembali. Oktober 1968, lewat penerbit Maranatha, Mar memunculkan superhero Kapten Mar yang secara kostum senada dan seirama dengan Batman. Pada November 1968, Maranatha juga menghadirkan Kapten Bayangan karya Jat. Dalam masa setelahnya, Kapten Bayangan menjadi superhero yang dikreasi oleh Adam. Selang tak lama kemudian, muncul duo komikus asal Yogyakarta yang kemudian banyak mewarnai perjalanan genre superhero yaitu: Hasmi dan Wid NS. Dua cergamis yang semula menerbitkan cerita silat ini ditawari Penerbit Kencana Agung untuk membuat sosok superhero.  Hasmi mendapat pesanan menggarap hero yang berkiprah di hutan belantara dan Wid NS membuat manusia super yang  hidup di perairan. 

Sama-sama terbit Desember 1968, Hasmi memunculkan tokoh Maza Dewa Rimba dalam lakon Memburu Permata Biru  dan Wid NS melahirkan Aquanus dalam kisah Aquanus di Planet Vibhy (Desember 1968). Meski berhasil melahirkan superhero baru, Hasmi dan Wid NS sama-sama tidak puas dengan karya pesanan ini. Tahun berikutnya, mereka berkreasi sendiri dengan menciptakan sosok superhero Gundala (judul awal Gundala Putera Petir) dan Godam (Memburu Dokter Setan).

Karakter superhero yang juga populer di era itu adalah Labah Labah Merah karya Kus Bramiana dari Bandung. Labah Labah Merah berkarakter sama dengan Spiderman . Canser juga  menggunakan karakter Spiderman. Ia menelurkan sosok Kawa Hijau. Masih sewarna dengan Spiderman, Joni Andrean menggarap Labah Labah Maut alias Lamaut, sedangkan Umbara membuat Labah Labah Hitam.

Memasuki era 70-an, karakter superhero makin semarak. Yang terbilang sukses – dengan indikasi tampil dalam beberapa serial- antara lain Gina (karya Gerdi WK), Untara (Banu Ambardi), Bantala (Nurmi), Rado (Ricky NS), Tira (Nono GM), Nusantara (Mater). Selain itu, dalam periode tahun 70-an itu, banyak pula komikus yang melahirkan superhero meski  kurang populer.  Misalnya saja superhero Dr Oxo (karya Haer), Kapten Meteor (Gani), Mos (Ghany’s), Guntur (Iwan), Rodan (Raf), Makumba (Sofyan), Greta (Lak), Sim (Tud GR), Pussy (Yudha), Phantom (Badra), Kapten Indonesia (Armin Tanjung), Dr No (Teja Sangkala), Kapten Ranger (Erics), Elang Biru (Ozoz), Vantana (Ping)  dan beberapa superhero lainnya.

***

Seiring meredupnya komik Indonesia, genre superhero tentu juga ikut redup. Tahun-tahun belakangan ini, para kreator muda mencoba membangkitkan komik Indonesia dengan melahirkan karakter superhero baru. Nama-nama yang yang menonjol antara lain  Motul yang di periode tahun 90-an melahirkan Kapten Bandung (Kasus Tikus Tarka, Komplotan Abeng). Lalu, Doddy Wisnu Wardhana dkk menciptakan manusia super Chakra (Kisah Para Awatar), Dan, nama yang kerap diperbincangkan adalah Thoriq yang membuat kreasi sosok Caroq.

Selanjutnya, Januari 1998 dengan terbitnya majalah kompilasi komik Koin–yang sayang usianya tidak panjang- lahir nama superhero baru Simbion karya Immy dan Admiranto.
Sejak tahun 2005, tim Jagoan Comic Jakarta mencoba melahirkan hero-hero lokal dengan agak masif. Komik-komik mereka dengan hero barunya,  sempat rutin terbit yang sayangnya, kembali lama dalam kekosongan.  Jagoan Comic membuat kreasi sosok-sosok Gunturgen, Blacan, Arya Geni, Zantoro, Winda Gang, dan Bujang Anom. Dari Surabaya, muncul kreator kreatif dalam tim Neo Paradim yang punya semangat sama dengan Jagoan Comic. Dari tangan mereka lahir nama-nama jagoan baru: Lessus, Mossa, Lelawa, Shakuntala, Raga Langit., Kanser si superhero cilik. Khusus untuk Kanser, superhero ini sudah hadir secara bersambung di majalah anak-anak Putera Kita, Yogyakarta tahun 80-an.

Tak ketinggalan dari Yogyakarta, penerbit Metha Studio menggarap Godam Reborn yang awalnya digambar oleh Sungging, putra Wid NS. Superhero mutakhir yang muncul sejak beberapa tahun lalu dan pantas mendapat catatan adalah Volt, karakter ciptaan Marcelino Lefrand. Ia pantas mendapat catatan karena dibandingkan yang lain, Volt  paling rutin terbit.

Buku Profil Karakter Superhero Komik Indonesia
Lewat buku 101 Karakter Superhero Komik Indonesia dan 111 Karakter Superhero Indonesia (Buku kedua) terbitan Zoid Comics (2017) terlihat, betapa panjang dan semaraknya taman komik Indonesia dengan genre manusia supernya. Sejauh mana superhero baru karya kreator masa kini bakal menjadi kenangan dalam masa yang  panjang seperti superhero era Gundala? Detak waktu yang akan mengujinya!

Kembang Larangan, September 2015


Henry Ismono adalah pemerhati dan kolektor komik Indonesia. Koleksi komiknya telah mencapai ribuan, terutama komik Indonesia masa lalu.


(c)ZoidFilmKomik

1 comments :

Tulisan yang sangat bagus untuk menuntun pecinta/mania komik jadoel. Mantap !

Popular